si A pasif, si B overaktif. masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. si A apabila dibiarkan sampai besar bisa menyebabkan pribadi yang kuper, sulit bersosialisasi dengan lingkungan, perlu juga di cari tahu apakah anak ini memderita autis atau tidak. sebab ini akan menentukan metode pendidikan yang akan di terapkan kepada anak kedepan jika memang si A ini menderita autis. namun jika tidak ada gejala autis, bisa jadi ada kesalahan pada orang tua dalam mendidik anaknya. kita sering mendengar banyak orang tua yang sering membentak anaknya karena suatu kesalahan dengan makian yang kotor dan keras (G****k, p*t*k, p*k*k, anak ku***g a**r, bahkan ada yang dengan menyebut nama-nama hewan juga) ucapan seperti ini bisa membuat mental anak turun, kurang percaya diri (bahasa keren-nya dibuli / bullying). jadi faktor teladan dari orang tua sangat berpengaruh pada diri anak. ucapan orang tua bagi anak adalah sebuah do'a, jadi ucapkanlah do'a yang baik-baik. berilah si A motivasi, kembangkan rasa percaya diri, ajaklah silaturahim.
sedangkan si B bisa jadi dia belajar dari orang tua yang suka mukul secara berlebihan (dalam islam hanya di kenal etika memukul anak ketika meninggalkan sholat, itupun setelah baligh, jadi sebelum baligh tidak di benarkan memukul anak), maka ketika ia bermain ia mempraktekkan apa yang "diajarkan" orang tuanya itu kepada temannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua bayi (manusia) dilahirkan di atas fithrah (kecenderungan menerima kebenaran Islam dan tauhid), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya (beragama) Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” hadis ini bisa di Qiyas-kan menjadi “.... maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya pemaki, pemukul, pemalu, pemarah, dlll”
jika anak melakukan kesalahan berilah ia teguran dan nasehat yang baik. Metode ini pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, misalnya ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang anak kecil yang ketika sedang makan menjulurkan tangannya ke berbagai sisi nampan makanan, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (sebelum makan), dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah (makanan) yang ada di hadapanmu.“ (HR. Al-Bukhari no. 5061 & Muslim no. 2022).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada anak paman beliau, Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, “Wahai anak kecil, sesungguhnya aku ingin mengajarkan beberapa kalimat (nasihat) kepadamu: jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka kamu akan mendapati-Nya dihadapanmu.” (HR. Tirmidzi no. 2516, Ahmad: 1/293), dan lain-lain; dinyatakan shahih oleh Imam At-Tirmidzi rahimahullah dan Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ish Shagir, no. 7957).
semoga bermanfaat.
sedangkan si B bisa jadi dia belajar dari orang tua yang suka mukul secara berlebihan (dalam islam hanya di kenal etika memukul anak ketika meninggalkan sholat, itupun setelah baligh, jadi sebelum baligh tidak di benarkan memukul anak), maka ketika ia bermain ia mempraktekkan apa yang "diajarkan" orang tuanya itu kepada temannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua bayi (manusia) dilahirkan di atas fithrah (kecenderungan menerima kebenaran Islam dan tauhid), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya (beragama) Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” hadis ini bisa di Qiyas-kan menjadi “.... maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya pemaki, pemukul, pemalu, pemarah, dlll”
jika anak melakukan kesalahan berilah ia teguran dan nasehat yang baik. Metode ini pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, misalnya ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang anak kecil yang ketika sedang makan menjulurkan tangannya ke berbagai sisi nampan makanan, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah (sebelum makan), dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah (makanan) yang ada di hadapanmu.“ (HR. Al-Bukhari no. 5061 & Muslim no. 2022).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada anak paman beliau, Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, “Wahai anak kecil, sesungguhnya aku ingin mengajarkan beberapa kalimat (nasihat) kepadamu: jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah (batasan-batasan/ syariat) Allah maka kamu akan mendapati-Nya dihadapanmu.” (HR. Tirmidzi no. 2516, Ahmad: 1/293), dan lain-lain; dinyatakan shahih oleh Imam At-Tirmidzi rahimahullah dan Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ish Shagir, no. 7957).
semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar