Xhavadzo: KONFLIK ARAB IRAN

Minggu, 24 Januari 2016

KONFLIK ARAB IRAN

Konflik Arab Saudi Iran, merupakan suatu bentuk perang dingin antara blok Sunni dan Syi’ah yang tak pernah usai. Walaupun pernah suatu masa mengalami suatu kondisi harmonis karena sama-sama terlahir dari dinamika peradaban Islam, namun sejatinya konflik Sunni-Syi’ah ini  selalu ada benturan. Apabila kita runtut konflik sunni-syi’ah ini sudah ada sejak akhir masa Khulafaur Rasyidin, sudah lebih dari seribu tahun konflik ini berlangsung, dan hari ini kita menyaksikan bagaimana konflik sunni syi’ah ini memuncak kembali diwakili dua poros kekuatan Islam Sunni dan Syi’ah yaitu Arab Saudi dan Iran. Konflik ini tak pernah usai, karena perbedaan dalam politik, pemikiran, bahkan hingga perbedaan Aqidah, ushuluddin atau pokok agama. Dimana ranah aqidah dan ushul ini pasti bersinggungan dengan konsep keimanan, yang merupakan suatu hal yang sangat fundamental dalam Islam.
Faktor lain musuh Islam, melihat perbedaan aqidah antara syiah dan sunni ini sebagai peluang untuk memperlemah kekuatan Islam, sebuah celah yang besar untuk mengadu dua kekuatan Islam ini agar terus berbenturan. Hal ini bisa kita lihat bagaimana As menunjukkan kedekatan dengan Arab Saudi tapi di sisi lain As mendukung Syiah menguasai Irak. Di suriah menciptakan ISIS untuk memecah persatuan Mujahidin. Di Mesir membiarkan Israel mendalangi kudeta atas pemerintah yang sah di mesir. Termasuk juga infiltrasi As di negara-negara lainnya. Sehingga persatuan negara Islam seperti tidak akan pernah tercapai lagi. Musuh Islam melakukan segala usaha makar dan tipu daya untuk melemahkan Islam dalam berbagai bidang, tidak hanya antara Arab Saudi dan Iran, tetapi juga di beberapa negara-negara Islam yang lain dimana sunni dan syi’ah mendiami negara Islam tersebut. Permusuhan antara Iran dan As hanyalah sandiwara yang nampak di media masa. Media masa adalah salah satu alat yang paling efektif bagi musuh Islam untuk menyebarkan isu-isu, propaganda yang menggiring opini publik untuk melemahkan Islam. Menutupi keculasan mereka, kelicikan mereka, menutupi kekejian mereka agar semakin banyak dari penduduk dunia ini memandang negatif segala hal tenang Islam. tidak terkecuali ummat Islam, agar membenci Islam itu sendiri karena mengalami kebingungan membedakan antara yang haq dan yang bathil, kemudian bersama-sama menghancurkan Islam itu sendiri. Walaupun di media masa pemimpin As dan Russia menyampaikan upaya perdamaian antara Arab Saudi dan Iran. Namun dalam pergerakan intelijen, mereka melakukan usaha yang cukup masif agar konflik tetap terpelihara.
Arab Saudi dan Iran, keduanya bersaing untuk mempengaruhi negara-negara tetangganya dan juga terdapat kecurigaan tentang pengaruh Iran terhadap kelompok minoritas Syiah di Arab Saudi, di samping masyarakat Syiah di Bahrain, Irak, Suriah dan Lebanon. Program nuklir Iran dan kemungkinan bahwa negara itu pada suatu hari akan memiliki senjata nuklir juga membuat khawatir tetangganya, terutama Arab Saudi.
Gesekan Arab-iran sudah sering terjadi mulai dari kekacauan penyelenggaraan haji, arab spring, Naskah Hollywood, konflik Yaman, konflik Syiria, kemudian yang terakhir eksekusi terhadap Nimr al nimr. Arab saudi sebagai negara yang berdaulat sudah sepantasnya memberikan hukuman yang berat kepada kelompok atau individu yang melakukan upaya makar baik tersembunyi maupun secara terang-terangan di dalam negaranya. Tindakan Arab saudi ini mendapat dukungan dari beberapa Negara Arab lainnya yang berhaluan Sunni, dengan memutus hubungan diplomatik dengan Iran. Sebagai suatu bentuk perlawanan Islam kepada Syi’ah sebagai agama sendiri.
Indonesia memiliki posisi sentral dalam mengupayakan perdamaian kedua negara begitu juga Turki, As dan Rusia. Tapi, Menurut saya konflik ini tidak akan hilang sama sekali selama dua kubu ini masih mewakili sunni dan syi’ah, minimal mendingin. Dan mestinya isu ini  menjadi peluang bagi negara Islam untuk menyatukan pandangannya melawan Syiah, agar semakin jelas siapa musuh dan siapa lawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar