Konflik
Arab Saudi Iran, merupakan suatu bentuk perang dingin antara blok Sunni dan
Syi’ah yang tak pernah usai. Walaupun pernah suatu masa mengalami suatu kondisi
harmonis karena sama-sama terlahir dari dinamika peradaban Islam, namun
sejatinya konflik Sunni-Syi’ah ini
selalu ada benturan. Apabila kita runtut konflik sunni-syi’ah ini sudah
ada sejak akhir masa Khulafaur Rasyidin, sudah lebih dari seribu tahun konflik
ini berlangsung, dan hari ini kita menyaksikan bagaimana konflik sunni syi’ah
ini memuncak kembali diwakili dua poros kekuatan Islam Sunni dan Syi’ah yaitu
Arab Saudi dan Iran. Konflik ini tak pernah usai, karena perbedaan dalam
politik, pemikiran, bahkan hingga perbedaan Aqidah, ushuluddin atau pokok
agama. Dimana ranah aqidah dan ushul ini pasti bersinggungan dengan konsep
keimanan, yang merupakan suatu hal yang sangat fundamental dalam Islam.
Faktor
lain musuh Islam, melihat perbedaan aqidah antara syiah dan sunni ini sebagai
peluang untuk memperlemah kekuatan Islam, sebuah celah yang besar untuk mengadu
dua kekuatan Islam ini agar terus berbenturan. Hal ini bisa kita lihat
bagaimana As menunjukkan kedekatan dengan Arab Saudi tapi di sisi lain As
mendukung Syiah menguasai Irak. Di suriah menciptakan ISIS untuk memecah
persatuan Mujahidin. Di Mesir membiarkan Israel mendalangi kudeta atas
pemerintah yang sah di mesir. Termasuk juga infiltrasi As di negara-negara
lainnya. Sehingga persatuan negara Islam seperti tidak akan pernah tercapai
lagi. Musuh Islam melakukan segala usaha makar dan tipu daya untuk melemahkan Islam
dalam berbagai bidang, tidak hanya antara Arab Saudi dan Iran, tetapi juga di
beberapa negara-negara Islam yang lain dimana sunni dan syi’ah mendiami negara Islam
tersebut. Permusuhan antara Iran dan As hanyalah sandiwara yang nampak di media
masa. Media masa adalah salah satu alat yang paling efektif bagi musuh Islam
untuk menyebarkan isu-isu, propaganda yang menggiring opini publik untuk
melemahkan Islam. Menutupi keculasan mereka, kelicikan mereka, menutupi
kekejian mereka agar semakin banyak dari penduduk dunia ini memandang negatif
segala hal tenang Islam. tidak terkecuali ummat Islam, agar membenci Islam itu
sendiri karena mengalami kebingungan membedakan antara yang haq dan yang bathil,
kemudian bersama-sama menghancurkan Islam itu sendiri. Walaupun di media masa
pemimpin As dan Russia menyampaikan upaya perdamaian antara Arab Saudi dan
Iran. Namun dalam pergerakan intelijen, mereka melakukan usaha yang cukup masif
agar konflik tetap terpelihara.
Arab
Saudi dan Iran, keduanya bersaing untuk mempengaruhi negara-negara tetangganya
dan juga terdapat kecurigaan tentang pengaruh Iran terhadap kelompok minoritas
Syiah di Arab Saudi, di samping masyarakat Syiah di Bahrain, Irak, Suriah dan
Lebanon. Program nuklir Iran dan kemungkinan bahwa negara itu pada suatu hari
akan memiliki senjata nuklir juga membuat khawatir tetangganya, terutama Arab
Saudi.
Gesekan
Arab-iran sudah sering terjadi mulai dari kekacauan penyelenggaraan haji, arab
spring, Naskah Hollywood, konflik Yaman, konflik Syiria, kemudian yang terakhir
eksekusi terhadap Nimr al nimr. Arab saudi sebagai negara yang berdaulat sudah
sepantasnya memberikan hukuman yang berat kepada kelompok atau individu yang
melakukan upaya makar baik tersembunyi maupun secara terang-terangan di dalam
negaranya. Tindakan Arab saudi ini mendapat dukungan dari beberapa Negara Arab
lainnya yang berhaluan Sunni, dengan memutus hubungan diplomatik dengan Iran.
Sebagai suatu bentuk perlawanan Islam kepada Syi’ah sebagai agama sendiri.
Indonesia
memiliki posisi sentral dalam mengupayakan perdamaian kedua negara begitu juga Turki,
As dan Rusia. Tapi, Menurut saya konflik ini tidak akan hilang sama sekali
selama dua kubu ini masih mewakili sunni dan syi’ah, minimal mendingin. Dan mestinya
isu ini menjadi peluang bagi negara Islam
untuk menyatukan pandangannya melawan Syiah, agar semakin jelas siapa musuh dan
siapa lawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar