Xhavadzo: Juni 2017

Selasa, 06 Juni 2017

Coretan Tentang Asal Filsafat dan Pemberian Nama



Lima tahun lalu dalam diskusi kuliah filsafat di semester pertama, mencoba memahami apa itu filsafat, sederhananya dipahami bahwa filsafat adalah "cinta kebijaksanaan". untuk memperoleh kebijaksanaan ada suatu proses perenungan untuk memahami hakikat akan sesuatu, berfikir keras atau berijtihad (dalam Islam), secara sederhana “ijtihad” bisa diartikan sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk meraih sesuatu yang dimaksud. Proses berfikir seperti ini tentu saja sudah ada sejak manusia itu ada, klaim bahwa filsafat muncul dalam peradaban Yunani, itu hanya klaim nama saja. Karena, sebelum peradaban yunani ada, sudah ada beberapa peradaban yang mendahuluinya seperti peradaban  Mesopotamia. Pencapaian suatu peadaban yang tinggi tentu saja harus melewati proses kesadaran berfikir kolektif yang berkesinambungan lintas generasi, dalam memecahkan berbagai permasalahan hidup manusia yang semakin kompleks. Oleh karena itu sudah pasti bahwa proses berfikir semacam filsafat ini sudah dilakukan oleh manusia jauh sebelum Aristoteles dan bangsa Yunani ada. 

 Dalam proses berfilsafat ada proses dilektika, yang membutuhkan logika berfikir dan logika bahasa. Dalam logika kita butuh sebuah term (kata untuk mendefinisikan sesuatu hal). Pen-definisi-an akan sesuatu hal ini seperti pemberian nama yang disepakati bersama sehingga terkumpul menjadi sebuah bahasa sebagai lambang komunikasi. Praktisnya untuk menunjukkan suatu benda kita tidak perlu membawa benda yang kita maksud, tapi cukup menyebutkan nama yang sudah menjadi kesepakatan umum benda tersebut. Persoalan sederhana yang mendasar dalam berlogika dan berfilsafat adalah penguasaan nama-nama suatu benda. Maka, hal inilah yang menjadi dasar mengapa Allah swt mengenalkan nama-nama benda kepada Adam setelah penciptaannya, dan kemampuan ini tidak dimiliki oleh makhluk Allah yang lain. al-Baqoroh 31-33;

zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ   (#qä9$s% y7oY»ysö6ß Ÿw zNù=Ïæ !$uZs9 žwÎ) $tB !$oYtFôJ¯=tã ( y7¨RÎ) |MRr& ãLìÎ=yèø9$# ÞOŠÅ3ptø:$# ÇÌËÈ   tA$s% ãPyŠ$t«¯»tƒ Nßg÷¥Î;/Rr& öNÎhͬ!$oÿôœr'Î/ ( !$£Jn=sù Nèdr't6/Rr& öNÎhͬ!$oÿôœr'Î/ tA$s% öNs9r& @è%r& öNä3©9 þÎoTÎ) ãNn=ôãr& |=øxî ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ãNn=÷ær&ur $tB tbrßö7è? $tBur öNçFYä. tbqãKçFõ3s? ÇÌÌÈ  

31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
32. Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana[35]."
33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"

Mengapa proses mengajarkan nama-nama ini dihubungan dengan sifat ke-Maha Bijaksanaan Allah swt? krena penguasaan nama-nama benda ini menjadi dasar bagimanausia untuk berfikir keras, berijtihad untuk memperoleh hikmah dan kebijaksanaan. 

Pengenalan nama-nama benda ini kemudian berkembang dengan mendefinisikan dan memberikan nama-nama sesuatu yang baru yang belum pernah diajarkan. begitu juga sejak kecil kita dikenalkan dengan nama-nama benda yang sudah menjadi kesepakatan bersama secara turun temurun sesuai dengan bahasa lingkungan masyarakatnya. Termasuk juga pemberian nama terhadap anak-anaknya dan keturunannya. untuk memberian definisi tntang siap diri kita. Hal ini terus berlanjut hingga saat ini dengan memberikan Nama kepada anak-anak kita sebagai penerus generasi dan pasti akan diteruskan sampai generasi manusia terakhir. Artinya, pemberian nama anak merupakan suatu warisan budaya dari seorang manusia pertama yang bernama Adam. Pemberian nama terhadap sesuatu (term) merupakan hal sederhana tapi sangat mendasar agar terjadi dialektika dalam logika dan filsafat.