Xhavadzo: Oktober 2011

Sabtu, 29 Oktober 2011

Mengenang Sejarah Ka’bah

Ka’bah  awalnya dibangun oleh Adam dan kemudian anak Adam, Syist, melanjutkannya. Saat terjadi banjir Nabi Nuh, Ka’bah ikut musnah dan Allah memerintahkan Nabi Ibrahim membangun kembali. Al-Hafiz Imaduddin Ibnu Katsir mencatat riwayat itu berasal dari ahli kitab (Bani Israil), bukan dari Nabi Muhammad.
Ka’bah yang dibangun Ibrahim pernah rusak pada masa kekuasaan Kabilah Amaliq. Ka’bah dibangun kembali sesuai rancangan yang dibuat Ibrahim tanpa ada penambahan ataupun pengurangan. Saat dikuasai Kabilah Jurhum, Ka’bah juga mengalami kerusakan dan dibangun kembali dengan meninggikan fondasi. Pintu dibuat berdaun dua dan dikunci.
Di masa Qusai bin Kilab, Hajar Aswad sempat hilang diambil oleh anak-anak Mudhar bin Nizar dan ditanam di sebuah bukit. Qusai adalah orang pertama dari bangsa Quraisy yang mengelola Ka’bah selepas Nabi Ibrahim. Di masa Qusai ini, tinggi Ka’bah ditambah menjadi 25 hasta dan diberi atap. Setelah Hajar Aswad ditemukan, kemudian disimpan oleh Qusai, hingga masa Ka’bah dikuasai oleh Quraisy pada masa Nabi Muhammad.
Dari masa Nabi Ibrahim hingga ke bangsa Quraisy terhitung ada 2.645 tahun. Pada masa Quraisy, ada perempuan yang membakar kemenyan untuk mengharumkan Ka’bah. Kiswah Ka’bah pun terbakar karenanya sehingga juga merusak bangunan Ka’bah. Kemudian, terjadi pula banjir yang juga menambah kerusakan Ka’bah. Peristiwa kebakaran ini yang diduga membuat warna Hajar Aswad yang semula putih permukaannya menjadi hitam.
Untuk membangun kembali Ka’bah, bangsa Quraisy membeli kayu bekas kapal yang terdampar di pelabuhan Jeddah, kapal milik bangsa Rum. Kayu kapal itu kemudian digunakan untuk atap Ka’bah dan tiga pilar Ka’bah. Pilar Ka’bah dari kayu kapal ini tercatat dipakai hingga 65 H. Potongan pilarnya tersimpan juga di museum.
Empat puluh sembilan tahun sepeninggal Nabi (yang wafat pada 632 Masehi atau tahun 11 Hijriah), Ka’bah juga terbakar. Kejadiannya saat tentara dari Syam menyerbu Makkah pada 681 Masehi, yaitu di masa penguasa Abdullah bin Az-Zubair, cucu Abu Bakar, yang berarti juga keponakan Aisyah.
Untuk membangun kembali, seperti masa-masa sebelumnya, Ka’bah diruntuhkan terlebih dulu. Abdullah AzZubair membangun Ka’bah dengan dua pintu. Satu pintu dekat Hajar Aswad, satu pintu lagi dekat sudut Rukun Yamani, lurus dengan pintu dekat Hajar Aswad. Abdullah bin Az-Zubair memasang pecahan Hajar Aswad itu dengan diberi penahan perak. Yang terpasang sekarang adalah delapan pecahan kecil Hajar Aswad bercampur dengan bahan lilin, kasturi, dan ambar. Jumlah pecahan Hajar Aswad diperkirakan mencapai 50 butir.
Pada 693 Masehi, Hajjaj bin Yusuf Ath-Taqafi berkirim surat ke Khalifah Abdul Malik bin Marwan (khalifah kelima dari Bani Umayyah yang mulai menjadi khalifah pada 692 Masehi), memberitahukan bahwa Abdullah bin Az-Zubair membuat dua pintu untuk Ka’bah dan memasukkan Hijir Ismail ke dalam bangunan Ka’bah.
Hajjaj ingin mengembalikan Ka’bah seperti di masa Quraisy; satu pintu dan Hijir Ismail berada di luar bangunan Ka’bah. Maka, oleh Hajjaj, pintu kedua–yang berada di sebelah barat dekat Rukun Yamani–ditutup kembali dan Hijir Ismail dikembalikan seperti semula, yakni berada di luar bangunan Ka’bah.
Akan tetapi, Khalifah Abdul Malik belakangan menyesal setelah mengetahui Ka’bah di masa Abdullah bin AzZubair dibangun berdasarkan hadis riwayat Aisyah. Di masa berikutnya, Khalifah Harun Al-Rasyid hendak mengembalikan bangunan Ka’bah serupa dengan yang dibangun Abdullah bin Az-Zubair karena sesuai dengan keinginan Nabi.
Namun, Imam Malik menasihatinya agar tidak menjadikan Ka’bah sebagai bangunan yang selalu diubah sesuai kehendak setiap pemimpin. Jika itu terjadi, menurut Imam Malik, akan hilang kehebatannya di hati kaum Mukmin.
Pada 1630 Masehi, Ka’bah rusak akibat diterjang banjir. Sultan Murad Khan IV membangun kembali, sesuai bangunan Hajjaj bin Yusuf hingga bertahan 400 tahun lamanya pada masa pemerintahan Sultan Abdul Abdul Aziz. Sultan inilah yang memulai proyek pertama pelebaran Masjidil Haram.

Sabtu, 22 Oktober 2011

Nasehat Untukku Untukmu Para Pujangga

وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ 
Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat.
And the Poets,- It is those straying in Evil, who follow them:  

أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ فِي كُلِّ وَادٍ يَهِيمُونَ 

Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah,
Seest thou not that they wander distracted in every valley?-  

وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ
dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)?
And that they say what they practise not?-  

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا وَانْتَصَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا ۗ وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ
kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.
Except those who believe, work righteousness, engage much in the remembrance of Allah, and defend themselves only after they are unjustly attacked. And soon will the unjust assailants know what vicissitudes their affairs will take!


al-Qur'an surah Asy-Syu'araa' 224-227    



Minggu, 16 Oktober 2011

Alasan saya menghukumi rokok haram...

Saudaraku, perlu diketahui bahwa senang membuang-buang harta untuk hal yang sia-sia termasuk meniru perbuatan setan.

Allah Ta’ala berfirman,

... وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini.

Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.”

Mujahid mengatakan, “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan yang benar, itu bukanlah tabdzir (pemborosan). Seandainya seseorang menginfakkan satu mud saja (ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang dinamakan tabdzir (pemborosan).”

Qotadah mengatakan, “Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah mengeluarkan nafkah dalam berbuat maksiat pada Allah, pada jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat kerusakan.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 8/474-475)

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ

“Sesungguhnya Allah meridlai tiga hal bagi kalian dan murka apabila kalian melakukan tiga hal. Allah ridha jika kalian menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan (Allah ridla) jika kalian berpegang pada tali Allah seluruhnya dan kalian saling menasehati terhadap para penguasa yang mengatur urusan kalian. Allah murka jika kalian sibuk dengan desas-desus, banyak mengemukakan pertanyaan yang tidak berguna serta membuang-buang harta.” (HR. Muslim no.1715)

Termasuk perbuatan boros (tabdzir) adalah apabila seseorang menghabiskan harta pada jalan yang keliru. satu contohnya adalah merokok

jadi, jika merokok adalah salah satu perbuatan boros, dan pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan. maka seorang perokok adalah temannya setan. jadi dari sini kita bisa menarik kesimpulan. apakah bersaudara dengan setan itu termasuk wajib,sunah,halal,mubah,makruh, ataukah haram............

Allah sendiri sudah berfirman bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata............... jadi bersahabat dengan setan hukumnya adalah haram. berbuat boros hukumnya adalah haram. dan merokok adalah salah satu perbuatan boros maka hukumnya pun haram.............

mestinya MUI memberikan ketegasan dalam memberikan fatwa haram pada rokok...............



Muhammad Khafadho
Ujung Andalas

Sabtu, 15 Oktober 2011

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab di Negri Biadab



Hening malam itu, ketika petala langit begitu semarak oleh bintang-bintang dan rembulan yang tak jemu bertashbih memuji keagungan Sang Penciptanya. Alarm hand phone ku berdering ketika aku berasik masuk dalam sepinya mimpi, memaksa kelopak mataku membuka diri, kemudian aku raih dengan malas hand phone di sebelah kananku. Terbesit kerinduan siapa wanita sholehah yang akan membangunkan tidurku di setiap malam, bukan hand phone buntung seperti ini, hati ini bosan tiap malam berteman sepi. Seperti malam-malam yang telah lalu hampir setiap pukul 01.30 wib aku bangun malam, selama tak ada halangan.Kemudian aku paksakan tubuh kasar ini beranjak bangun dari peraduanku menuju kamar mandi dengan langkah kaki yang berat.Aku seka air yang terasa dingin ini, lalu kubasuhkan ke mukaku memulai wudhuku.
Kembali ke kamarku dan ku mulai sholatku ….
Selesai Empat rakaat ku lanjutkan memunajatkan do’a. Namun tak berapa lama aku mendengar suara aneh di ruang keluarga, awalnya aku menduga itu adalah suara kucing. Aku pun segera bangun dan melangkahkan kakiku dengan pelan menapaki lantai. Aku pun segera menghidupkan saklar lampu yang ada di sebelah kiriku. Akhirnya aku melihat seorang tamu tak di kenal sedang sibuk mencabuti kebel TV flat kesukaanku. Orang itu terkejut saat lampu di hidupkan dan mencoba berlari keluar, seketika itu pula aku tersadar aku kedatangan seorang tamu tak diundang, perasaanku sedikit gentar melihat pencuri itu karena bisa jadi nyawaku terancam juga. Cepat-cepat aku lepaskan balutan sarung di pinggulku meninggalkan celana kolor hitam sepanjang lututku.  Aku pun segera berlari mengejarnya sambil berteriak “maling !!!, maling !!!, maling !!!” .
Aku berlari sampai di teras rumahku. Aku melihat pencuri itu sedikit kerepotan memanggul TV flatnya. Setelah jaraknya cukup dekat Aku pun meloncat sambil memberikan tendangan yang keras ke punggung pencuri itu. Pencuri itu pun tersungkur di atas rerumputan pekarangan kemudian dia berusaha berdiri.Namun dengan sigap aku berusaha duduk di atas punggung pencuri sambil memukuli dengan keras rahang dagu sebelah kanannya. Pencuri itu masih mencoba melawan untuk melepaskan diri. Rambut pencuri itu aku pegang kuat dengan tangan kiriku sambil menekan keras kepala pencuri itu di atas tanah, sementara tangan kananku melipatkan tangan kanan pencuri itu di atas punggungnya. Pencuri pun menyerah karena gerak tubuhnya sudah terkunci sambil meronta-ronta memohon ampun.
Tak berapa lama Abi sudah berdiri di sampingku. Sambil mengamatiku dan sedikit gugup.
“Siapa ini?” Tanya Abi
“Dia maling Abi!!!” Aku menjawab dengan nafas yang terengah-engah
Sementara itu tiba-tiba di depan pagar pekarangannya seseorang menyalakan motor RX-King meraung keras dan segera tancap gas lalu mengemudinya dengan cepat.
Abi pun beranjak masuk rumah sebentar. Lalu keluar dengan membawa kabel listrik berwarna putih untuk mengikat pencuri. Setelah tangan pencuri terikat akupun membantu pencuri itu berdiri dan hendak kami bawa ke Kepala Kampung agar di proses sampai ke Kantor Polisi.
Tapi tetangga sekitar sudah banyak yang berdatangan. Dari tatap mukanya aku membaca ada beberapa orang yang datang dengan muka kemarahan, mereka adalah Pak Agus dan Pak Karno, sekitar dua  minggu yang lalu rumah Pak Agus di satroni maling, setelah empat hari kemudian warnet Pak Karno yang ada di samping rumahnya di rampok. Usaha warnet  yang baru satu setengah bulan buka itu kemasukan perampok berjumlah lima orang, sebagian bersenjata api akhirnya 20 perangkat komputer berhasil dibawa kabur pencuri dengan membawa mobil box. Tragisnya lagi satu orang anak pertamanya tewas tertembus peluru panas di jidat sebelah kirinya saat melakukan perlawanan, padahal dia baru saja menyelesaikan studi magister ilmu komputer di ITB dan hari ini giliran rumahku yang kemasukan tamu tak di kenal.
            Setelah meraka mendekat satu persatu ada yang mulai memukuli sampai pencuri itu jatuh tersungkur lagi,  kepalanya pun menjadi sasaran tendangan bahkan ada yang memukulnya dengan tongkat kayu. Pencuri itu pun merintih kesakitan minta ampun. Aku mencoba menenangkan keadaan itu.
“ Hentikan pak ! hentikan  pak!  Kita jangan main hakim sendiri !!! teriakku keras sambil memeluk Pak Karno yang terlalu emosi menghajar pencuri itu.
“ Paling orang ini juga yang kemarin membunuh anakku ” jawab Pak Karno yang semakin marah melihatku membela pencuri itu.
Sementara Abiku berusaha menenangkan warga yang lain. Tapi emosi warga sungguh tak terkontrol. Pencuri itu pun dihajar di pekarangan rumahku. Sampai mukanya berdarah.
“Ampun, ampun, ampun pak....”
“ Saya mau tobat pak …”
“ Tolong ampuni saya pak …”
“ Ampun…ampun…”
“  Ya Allah… Ya Allah…ya Allah…ampun…  ampun…“
Rintih pencuri menangis sambil memohon belas kasih dan memohon ampun. Bahkan dia menyebut-nyebut nama Tuhannya, juga Tuhanku. Allah, Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang.
Lolongan pencuri memohon ampun di heningnya malam ini seakan tak di dengar sama sekali. Mereka lebih mendengar amarahnya yang berbisik di dalam dada masing masing. Seperti kesetanan menghajarnya, bahkan Umiku tidak tega dan segera masuk ke dalam rumah.
“ Dukkkk, dukkkk “ suara tendangan Antonius yang jago silat tepat di dada pencuri itu
Suara pukulan dan tendangan itu aku dengar berkali kali.
“Ampun, ampun, ampun……… “rintih pencuri itu memohon belas kasih
“Ampun, ampun, gak ada ampun buatmu, nih rasakan bogemku !!!”. Amir sahabat kecilku ambil bagian pula memukuli pelipis pencuri itu.
Sampai akhirya,
“ Hentikan! Hentikan! Cukup!!!!!!” teriak Abiku sambil menghalangi beberapa warga untuk meredakan emosi warga Kampung Kadipaten.
“ Bawa dia ke rumah Pak Jamal, agar nanti di bawa ke kantor polisi “ Pak Buyung menimpali pembicaraan ayahku sambil membantu pencuri berdiri.
Aku membantu memapah pencuri itu di sebelah kiri. Meski kami papah pencuri ini masih juga berjalan dengan tertatih-tatih. Sementara TV flat-ku dibawa oleh salah seorang warga untuk di gunakan sebagai barang bukti.
“ya Allah tobat, tobat, ampuni aku ya Allah, tolonglah aku ya Allah…………….”
            Lirih sekali rintihan pencuri itu dan aku dengar berkali-kali. Suara itu penuh dengan penyesalan. Aku pun iba melihat keadaannya seperti ini. Mukanya penuh dengan luka lebam, aku lihat kelopak mata kirinya bengkak sampai matanya hampir tak terlihat. Darah segar keluar dari hidung dan mulutnya mengotori baju biru gelapnya, bahkan baju koko putihku terkena cipratan darahnya.
Di tengah jalan masih ada warga yang menendang pantatnya dan ada pula yang menjitaknya dengan keras sambil memaki-makinya. Jarak rumah Pak Jamal dengan rumahku sekitar dua ratus meter.
Dari kejauhan kami melihat kerumunan warga di pekarangan rumah Pak Jamal. Dari suara-suara kerasnya aku mendengar sebagian mengintrogasinya sambil memukuli kepalanya, beberapa orang menendangi tubuhnya yang sudah menyerah lemah dan duduk bersandar di batang pohon rambutan milik Pak Jamal. Sementara itu ada sebuah motor RX-King yang di sandarkan di samping kanan pemuda itu. Setelah dekat aku semakin yakin bahwa pemuda berbaju hitam itulah orang yang menyalakan motor RX-King di depan rumahku, lalu mengemudinya dengan cepat di jalan utama kampung ini. Mungkin dia dicurigai oleh beberapa warga yang kebetulan sedang bertugas ronda malam itu.
Kemudian aku sandarkan pencuri yang aku papah tadi di samping kiri pemuda berbaju hitam tadi.
“ Benar ini teman kamu !!!” bentak Pak Karno Kepada pencuri tadi
“ e e e iya pak, benar dia temanku pak “ jawab pencuri itu dengan terbata-bata menahan sakit di tubuhnya.
“ Berarti kamu juga yang kemarin merampok rumahku !!!” tuduh pak karno kepada kedua pencuri itu sambil menendang dagu seorang pencuri yang berbaju biru gelap.
“ Bukan pak, saya baru sekali ini mencuri “ sambil menahan sakit di dagunya
“ Bohong kamu, siapa namamu !!! Tanya Pak Karno sambil membentak.
“Andi pak” jawab pencuri berbaju biru gelap itu dengan nada lirih
“siapa ?keras kalau ngomong!!!” Tanya Pak Karno sambil menampar pipi kiri pencuri itu dengan keras
“ Andi pak” jawab pencuri dengan memperjelas suaranya
“ Kamu siapa !!!” Tanya Pak Karno kepada lelaki berbaju hitam tadi.
“ Julius pak“ jawab pencuri berbaju hitam tadi dengan suara parau.
“ Dari mana kamu berdua !!!! “  Tanya Hendri Pemuda Kampung ini yang bertubuh kekar.
“ Kami dari bandung pak.” Jawab Julius
Beberapa pertanyaan di ajukan kepada kedua pencuri itu di selingi dengan hardikan dan cacian.
“ Dimana Pak jamal ?” Tanya Abiku kepada Hendri.yang juga orang kepercayaan pak Jamal
“ Beliau sedang pergi ke Bandung mengikuti Penataran Kepala Kampung dalam meningkatkan  Kewaspadaan Menghadapi Bahaya terorisme. Dia berangkat tadi pagi, mungkin besok baru pulang” jawab Hendri
Tiba-tiba dari arah belakang ada orang yang berteriak “ habisi saja itu maling, biar gak ada maling lagi di kampung kita”
“ Iya betul, di bawa ke kantor polisi paling cuma sebulan dua bulan mereka bebas lagi, nyuri lagi…  “ teriak warga yang lain menimpali.
“Hajar saja sampai mapus !!!nanti siapapun yang mau maling di kampung kita biar mikir-mikir, karena nyawa taruhannya !!!  ” teriak seorang warga sambil maju ke arah pencuri yang bernama Julius sambil memukuli wajah lebam itu berulang kali.
Aku, Abiku dan pak Buyung berusaha menenangkan warga. Tapi bukan amarah mereka mereda justru kemarahannya semakin menjadi-jadi. Pertengkaran mulut terjadi antara aku, Abiku dan pak Buyung dengan beberapa warga. Ketika kami hendak menyelamatkan kedua pencuri itu langkah kami di hadangi para pemuda kampung ini, bahkan kami di dorong sampai kami berada di teras rumah Pak Jamal.
Di atas teras itu tubuhku didorong oleh Antonius dan Amir sampai punggungku membentur tembok, beberapa orang memegang kedua tanganku. Sedangkan Abiku dan pak Buyung di bawa masuk ke ruang tamu. Aku mendengar mereka saling adu mulut dengan suara keras. Aku mencoba melepaskan diri tapi sia-sia. Aku hanya bisa berdiri tak berdaya melihat kedua pencuri itu di hajar habis-habisan.
Pak Karno, orang yang menderita kerugian besar beberapa hari yang lalu karena perampokan, ingin meluapkan kebencian dan amarahnya kepada kedua pencuri itu, seolah-olah merekalah yang merampok warnet dan membunuh seorang anaknya beberapa hari yang lalu. Pak Karno mengambil batu bata di sekitar pekarangan itu lalu kembali dan memukulkannya di kepala Julius beberapa kali sampai batu bata itu pecah. Beberapa orang bergantian mumukuli kedua pencuri itu dangan pentungan kayu dan bambu.
Dua orang pemuda menarik tubuh julius ke jalan aspal kemudian kedua lengannya di injak oleh pemuda tadi dan jari-jari kedua tangan Julius di tumbuk dengan ujung tongkat kayu sebesar lengan secara bergantian, aku mendengar teriakan keras seiring dengan remuknya kedua telapak tangan Julius. 
Andi yang masih berada di bawah pohon rambutan di telanjangi sehingga hanya memakai celana dalam saja. Aku tak bisa berbuat apa-apa saat melihat Andi di hajar habis-habisan dan menangis kesakitan, kaki Andi di pukul dengan kayu berulang kali sampai darah membasahi kakinya, tanpa kuduga Pak Karno menghujamkan batu sebesar kepala orang dewasa ke kaki Andi.
“druakkkkkkkkkkkkkkk” suara batu itu keras sekali aku dengar.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa……………!!!!!!!!!” teriak Andi histeris seperti merasakan sakit yang sangat pedih sekali, aku menduga tulang kakinya telah patah.
“Amir lepaskan aku !!!” penuh emosi aku membentak Amir yang dari tadi bersama Antonius mendorong tubuhku di dinding teras ini.
“Kamu ini bodoh, pencuri di belas kasihani. Beruntung nyawamu selamat, coba kalau tadi kamu sekeluarga di bunuh !!!” jawab amir dengan suara keras
Aku mengingat kembali kejadian tadi di rumah, aku yakin pencuri itu tidak memiliki keinginan membunuhku. Dan aku pun memukulnya tak lebih dari lima kali hanya sekedar melumpuhkannya. Tiba – tiba aku mendengar suara keras dari ruang tamu.
“ Pokoknya setiap pencuri yang masuk ke kampung ini harus kita bakar !!! teriak salah seorang warga di iringi suara setuju beberapa orang lain.
“ Asstaghfirullah… anda biadab!!! dimana Keadilan Yang Beradab yang selama ini engkau agung-agungkan ???” Tidaklah pantas bagi manusia untuk menghukum sesamanya dengan adzab Allah (api).” Kata Abiku sambil menyampaikan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad.
“ Saya harap anda diam, di sini anda hanya pendatang. Maling seperti mereka gak pantas hidup, mending mereka dibakar sampai mati!!!!” Seseorang berkata keras kepada Abiku.
Sementara aku di teras bersitegang dengan Amir, Antonius, dan beberapa pemuda yang lain. Tatapan mereka seperti belati yang hedak menghujam ke dadaku yang terus melawan.
“Kamu sungguh biadab, Islam tidak pernah mengajarkan bahwa seorang pencuri yang menyerah harus di bunuh, dan jika kamu membiarkan mereka membunuh kedua pencuri itu berarti kau tak jauh beda dengan mereka, kau biadab Mir! ” jawabku kepada Amir. Aku lihat amir tidak mempedulikan ucapanku. Begitu juga dengan Antonius.
Seseorang keluar dari ruang tamu sambil membawa tali sebesar ibu jari orang dewasa. Aku kenal orang itu namanya Pak Nyoman. Dia berjalan menuju ke arah Andi dan mengikatkan tali di atas mata kaki Andi. Lalu menariknya sampai keluar pekarangan dan menghampiri Julius untuk melepasi bajunya dan mengikatkan ujung tali satunya di atas kedua mata kaki.
Seseorang menyalakan motor RX-King, dan pak Nyoman mengikatkan batas tengah tali itu pada besi di belakang jok motor. Kemudian membonceng di belakang. Mereka beramai-ramai mengarak dua tubuh lemah itu menyapu kasarnya aspal. Sungguh kebiadaban mereka melebihi kebidaban seekor Iblis.
Tak berapa lama mereka kembali dan berhenti di depan pekarangan rumah ini. Aku lihat Pak nyoman membawa gallon yang setengahnya berisi cairan, aku duga itu bensin. Amir dan Antonius mulai melepaskanku dan segera berjalan kearah kedua pencuri tadi, aku mengikuti di belakangnya. Aku melihat Andi dan Julius diam tak sadarkan diri dengan kondisi tubuh yang mengenaskan, tulang dada dan tulang punggungnya terlihat putih karena kulit dan dagingnya terkelupas menyapu aspal.Seorang pemuda meraih gallon itu dan menyiramkan bensinnya ke dua tubuh pencuri itu.
“Sesungguhnya tidak ada yang berhak untuk mengadzab dengan api kecuali (Allah) Yang telah menciptakan api tersebut !!!” Teriakku mengutip sebuah sabda Rosul yang diriwayat oleh Muslim kepada sekumpulan manusia biadab ini.
“ diam kamu !!!” bentak Antonius sambil memukul rahang kiriku tanpa ku duga sama sekali.
Aku tersungkur, keseimbangan tubuhku hilang mendapat pukulan keras yang datang begitu tiba-tiba. Aku hanya bisa meneteskan air mata duduk tak berdaya ketika seorang pemuda mematik korek api kemudian membakar tubuh pencuri malang itu. Tak berapa lama aku mulai mencium bau bensin dan aroma daging terbakar, memandangi unggunan api yang besar berbahan bakar manusia asapnya membumbung ke angkasa. Di kelilingi manusia-manusia dengan senyuman setan.
“Asstaghfirullohal’adzim………………” istighfarku lirih.
Hanya itu yang bisa aku ucapkan berkali-kali sampai akhirnya Abiku yang memanggul TV flat di pundaknya membantuku berdiri, kemudian kami beranjak pulang.
Saat melewati unggunan api itu aku pandangi dua tubuh manusia hangus terbakar disinari lampu jalanan kuning temaram. Geram hatiku belum juga surut mengingati cerita di sepertiga akhir malam ini.  Mengingati wajah  biadab manusia-manusia ini, wajah-wajah tanpa penyesalan. Setan apa yang telah merasuki jiwanya sehingga sampai hati berbuat demikian ?. Entah kebenaran seperti apa yang mereka pegang sehingga suatu kebiadaban yang dilakukannya, mereka pandang sebagai sesuatu yang beradab. Ataukah selama ini kita bohong bahwa kita sesungguhnya bangsa yang biadab tapi hanya berpura-pura beradab?
” Biarkan aku yang membawa TV-nya Bi” ucapku kepada Abi setelah pening kepalaku berangsur hilang, dan aku memanggulnya
Tak pernah aku duga barang seperti ini lebih berharga dari pada dua nyawa manusia, nyawa yang tak bisa di beli. Ya Allah salahkah aku dengan harta yang kami miliki sehingga menumbuhkan rasa iri ?  padahal Abiku adalah orang yang ringan bersodaqoh kepada orang yang membutuhkan, tak pernah lupa membayar zakat mal dari usaha dagangnya apalagi dengan zakat fitrah-nya disetiap bulan Ramadhan. Abiku pun begitu teguh menjauhi riba. Andai saja pencuri itu datang baik-baik sekedar meminta bantuan dana pun aku yakin Abiku akan membantunya dengan senang hati. Ya Allah limpahkanlah rezeki-mu dengan keberkahan, jauhkanlah dari keharaman yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.
Aku pulang melewati jalan yang di gunakan untuk mengarak dua orang maling tadi. Kulihat darah segar masih berceceran di atas aspal, ngeri  juga membayangkan bagaimana pedihnya siksaan itu jika aku sendiri yang mengalaminya.
“ Abi, apakah selama ini kita bohong bahwa kita sesungguhnya bangsa yang biadab tapi hanya berpura-pura beradab?” Tanyaku kepada Abi.
Abiku masih terdiam tidak langsung menjawab pertanyaanku
” Anehnya lagi, bangsa yang sok beradab ini memandang hukum islam sebagai hukum yang biadab?” aku melanjutkan pertanyaanku yang belum terjawab.
“ Kejahatan yang sudah meluas ini tidak bisa hanya disandarkan kepada hukuman yang keras. Tapi juga faktor-faktor lain yang bisa menjadi pemicu, seperti faktor kesejahteraan masyarakat, kesenjangan sosial, tingginya tingkat pengangguran. Coba kita ambil contoh, dalam kasus hukuman potong tangan bagi pencuri, Rasulullah saw pernah tidak menjatuhkan hukuman tersebut kepada pencuri. Penyebabnya, karena kondisi masyarakat pada waktu itu dalam keadaan paceklik, hingga pelaku terpaksa melakukan pencurian untuk menyambung nyawa. Hal ini kemudian menjadi ketetapan hukum dalam Islam, bahwa pelaku pencurian tidak dikenakan sanksi apabila dia mencuri karena lapar atau terpaksa untuk sekedar mempertahankan hidupnya. Jumlah barang yang dicuri pun tidak lebih dari seperempat dinar. Khalifah Umar bin Khaththab r.a pun mengikuti tindakan yang dilakukan Rasul SAW  ini” kata Abiku memberikan penjelasan.
“ Jadi ada keterkaitan antara kewajiban penerapan sanksi hukum yang tegas dengan kewajiban negara menjamin kebutuhan pokok rakyatnya. Sehingga tidak ada alasan bagi rakyat untuk mencuri dengan alasan untuk mempertahankan hidup “ aku mengambil kesimpulan dari sedikit penjelasan Abi.
“ Ya, namun hal ini bukan berarti menghapus hukuman yang keras tersebut. Hukuman tersebut tetap berlaku, namun qadhi (hakim) harus mempertimbangkan alasan terpidana melakukan tindakan kejahatan “ kata Abi mengakhiri penjelasannya
Sebagian besar masyarakat negeri ini masih menganggap bahwa hukum islam itu kejam, Maling potong tanganya. tidak semudah itu lembaga peradilan islam atau qadhi mengambil keputusan memotong tangan orang. Tapi ada keterkaitan dengan kewajiban negara menjaga kebutuhan pokoknya, bagi masyarakat.  Jadi kalau ada orang miskin lapar sementara tetangga dan warga tidak memiliki kepedulian, kemudian dia mencuri, maka dia  tidak bisa di potong tangan begitu saja, apa lagi disiksa dengan sadis lalu di bakar.
Seiring kumandang subuh aku memandangi rembulan masih setia merangkak di kaki busur langit. Kokok ayam jantan bersahutan mencoba membangunkan manusia yang masih lelap menikmati kisah manis dunia mimpi. Sementara langkah kami sudah sampai di pekarangan rumah. Kami percepat langkah ini untuk mempersiapkan diri sholat subuh di masjid. Abi mendahuluiku.
Ketika Abi sudah ada di teras rumah tanpa kusengaja mataku tertuju pada sebuah dompet hitam yang tergletak samar. Aku letakkan TV flatku kemudian aku ambil dompet hitam itu. Setelah aku buka ada sebuah photo yang sudah kabur, selembar uang Rp. 10.000,-, sebuah KTP dengan nama pemilik Andi Sudrajad dan sebuah kertas lipatan putih.
Kemudian aku buka lipatan itu perlahan..., aku baca ada dua baris tertulis nama seseorang. Dimas Mahardika dan Putri Mahardika. aku lipat kembali kemudian aku masukkan semua ke dalam dompet, besok secepatnya aku bawa dompet ini ke rumah pak RT, agar diproses ke kantor polisi. Aku yakin warga sini tidak ada yang melapor ke kantor polisi. Aku cari tahu juga dimana dua jenazah itu akan dikuburkan...


Muhammad Khafadho
Ujung Andalas, 15 Oktober 2011


Jumat, 14 Oktober 2011

Jangan-Jangan Aku Juga Maling

Oleh Taufiq Ismail

Kita hampir paripurna menjadi bangsa porak-poranda, terbungkuk dibebani hutang dan merayap melata sengsara di dunia. Penganggur 40 juta orang, anak-anak tak bisa bersekolah 11 juta murid, pecandu narkoba 6 juta anak muda, pengungsi perang saudara 1 juta orang, VCD koitus beredar 20 juta keping, kriminalitas merebat di setiap tikungan jalan dan beban hutang di bahu 1600 trilyun rupiahnya.

Pergelangan tangan dan kaki Indonesia diborgol di ruang tamu Kantor Pegadaian Jagat Raya, dan di punggung kita dicap sablon besar-besar Tahanan IMF dan Penunggak Bank Dunia. Kita sudah jadi bangsa kuli dan babu, menjual tenaga dengan upah paling murah sejagat raya. Ketika TKW-TKI itu pergi lihatlah mereka bersukacita antri penuh harapan dan angan-angan di pelabuhan dan bandara, ketika pulang lihat mereka berdukacita karena majikan mungkir tidak membayar gaji, banyak yang disiksa malah diperkosa dan pada jam pertama mendarat di negeri sendiri diperas pula.

Negeri kita tidak merdeka lagi, kita sudah jadi negeri jajahan kembali. Selamat datang dalam zaman kolonialisme baru, saudaraku. Dulu penjajah kita satu negara, kini penjajah multi-kolonialis banyak bangsa. Mereka berdasi sutra, ramah-tamah luarbiasa dan banyak senyumnya. Makin banyak kita meminjam uang, makin gembira karena leher kita makin mudah dipatahkannya.

Di negeri kita ini, prospek industri bagus sekali. Berbagai format perindustrian, sangat menjanjikan, begitu laporan penelitian. Nomor satu paling wahid, sangat tinggi dalam evaluasi, dari depannya penuh janji, adalah industri korupsi. Apalagi di negeri kita lama sudah tidak jelas batas halal dan haram, ibarat membentang benang hitam di hutan kelam jam satu malam. Bergerak ke kiri ketabrak copet, bergerak ke kanan kesenggol jambret, jalan di depan dikuasai maling, jalan di belakang penuh tukang peras, yang di atas tukang tindas. Untuk bisa bertahan berakal waras saja di Indonesia, sudah untung.

Lihatlah para maling itu kini mencuri secara berjamaah. Mereka bersaf-saf berdiri rapat, teratur berdisiplin dan betapa khusyu’. Begitu rapatnya mereka berdiri susah engkau menembusnya. Begitu sistematiknya prosedurnya tak mungkin engkau menyabotnya. Begitu khusyu’nya, engkau kira mereka beribadah. Kemudian kita bertanya, mungkinkah ada maling yang istiqamah?

Lihatlah jumlah mereka, berpuluh tahun lamanya, membentang dari depan sampai ke belakang, melimpah dari atas sampai ke bawah, tambah merambah panjang deretan saf jamaah. Jamaah ini lintas agama, lintas suku dan lintas jenis kelamin.

Bagaimana melawan maling yang mencuri secara berjamaah? Bagaimana menangkap maling yang prosedur pencuriannya malah dilindungi dari atas sampai ke bawah? Dan yang melindungi mereka, ternyata, bagian juga dari yang pegang senjata dan yang memerintah.

Bagaimana ini?
Tangan kiri jamaah ini menandatangani disposisi MOU dan MUO (Mark Up Operation), tangan kanannya membuat yayasan beasiswa, asrama yatim piatu dan sekolahan. Kaki kini jamaah ini mengais-ngais upeti ke sana ke mari, kaki kanannya bersedekah, pergi umrah dan naik haji. Otak kirinya merancang prosentasi komisi dan pemotongan anggaran, otak kanannya berzakat harta, bertaubat nasuha dan memohon ampunan Tuhan.

Bagaimana caranya melawan maling begini yang mencuri secara berjamaah? Jamaahnya kukuh seperti diding keraton, tak mempan dihantam gempa dan banjir bandang, malahan mereka juru tafsir peraturan dan merancang undang-undang, penegak hukum sekaligus penggoyang hukum, berfungsi bergantian.

Bagaimana caranya memroses hukum maling-maling yang jumlahnya ratusan ribu, barangkali sekitar satu juta orang ini, cukup jadi sebuah Negara mini, meliputi mereka yang pegang kendali perintah, eksekutif, legislatif, yudikatif dan dunia bisnis, yang pegang pestol dan mengendalikan meriam, yang berjas dan berdasi. Bagaimana caranya?

Mau diperiksa dan diusut secara hukum?
Mau didudukkan di kursi tertuduh sidang pengadilan?
Mau didatangkan saksi-saksi yang bebas dari ancaman?
Hakim dan jaksa yang bersih dari penyuapan?
Percuma Seratus tahun pengadilan, setiap hari 8 jam dijadwalkan Insya Allah tak akan terselesaikan. Jadi, saudaraku, bagaimana caranya? Bagaimana caranya supaya mereka mau dibujuk, dibujuk, dibujuk agar bersedia mengembalikan jarahan yang berpuluh tahun dan turun-temurun sudah mereka kumpulkan.

Kita doakan Allah membuka hati mereka, terutama karena terbanyak dari mereka orang yang shalat juga, orang yang berpuasa juga, orang yang berhaji juga.

Kita bujuk baik-baik dan kita doakan mereka. Celakanya, jika di antara jamaah maling itu ada keluarga kita, ada hubungan darah atau teman sekolah, maka kita cenderung tutup mata, tak sampai hati menegurnya. Celakanya, bila di antara jamaah maling itu ada orang partai kita,

orang seagama atau sedaerah, kita cenderung menutup-nutupi fakta, lalu dimakruh-makruhkan dan diam-diam berharap semoga kita mendapatkan cipratan harta tanpa ketahuan.

Maling-maling ini adalah kawanan anai-anai dan rayap sejati. Dan lihat kini jendela dan pintu rumah Indonesia dimakan rayap. Kayu kosen, tiang, kasau, jeriau rumah Indonesia dimakan anai-anai. Dinding dan langit-langit, lantai rumah Indonesia digerogoti rayap. Tempat tidur dan lemari, meja kursi dan sofa, televisi rumah Indonesia dijarah anai-anai.
Pagar pekarangan, bahkan fondasi dan atap rumah Indonesia sudah mulai habis dikunyah-kunyah rayap. Rumah Indonesia menunggu waktu, masa rubuhnya yang sempurna.

Aku berdiri di pekarangan, terpana menyaksikannya.
Tiba-tiba datang serombongan anak muda dari kampung sekitar.
“Ini dia rayapnya! Ini dia Anai-anainya!” teriak mereka.
“Bukan. Saya bukan Rayap, bukan!” bantahku.
Mereka berteriak terus dan mendekatiku dengan sikap mengancam.
Aku melarikan diri kencang-kencang.
Mereka mengejarkan lebih kenjang lagi.
Mereka menangkapku.
“Ambil bensin!” teriak seseorang.
“Bakar Rayap,” teriak mereka bersama.
Bensin berserakan dituangkan ke kepala dan badanku.
Seseorang memantik korek api.
Aku dibakar.
Bau kawanan rayap hangus.
Membubung Ke udara.

Kamis, 13 Oktober 2011

Erdogan, a story of success

Written by Dr. Ragheb Elsergany
The story of Erdogan is of prominent figure that could never be ignored as he enjoyed word-wide fame.
In point of fact, Erdogan is a very affecting character. He was thought be many as a plain religious example out of his adherence to the teachings of Islam on one hand. On the other hand, many charged him of coarse secularism in the same point, however; it was a plain charge of absolute disbelief!
Many exalted his sense of nationalism and his love for his home, Turkey. Others charged Erdogan of treason in favor of Zionists and subordination to the West. A third party highly appreciated his economic progress for Turkey, however; some accused him of doing nothing to the Turkish economy that the successes he achieved are nothing but illusions misleading his people!

Erdogan is a character object to disagreement.


Habitually, Dr. Ragheb, on comprehending the traits of one's character or examining a situation, I have to examine the first lines of his story.
The story of Erdogan is a profound one through the years as its roots extend to the Ottoman caliphate, while it experiences many variant stages, that’s is it contains situations of happiness and others of sorrow, success and failure, victory and defeat.

Erdogan; a birth of leader

Recep Tayyip Erdogan was born in Istanbul, the Turkish capital on February 26, 1954. His family was poor[1]. He spent his early childhood in Rize Province[2] on the Black Sea border. His father was coast guard. When Erdogan reached the age of 13, his father decided to settle in Istanbul to improve his standard of living and secure a better future to his five children[3].
In Istanbul, Erdogan was enrolled to Hatip Lisesi Schools. He was nicknamed Sheikh Recep out of his religious sense and pity. Therefore, he took part in the classes of sheikh Asa`d Joshqun, head of the Naqshbandi order in Istanbul[4].

At the high school, Erdogan moved to Ayoub school where he practiced his concerns related to Turkey impressed by Islamic background consisted of his study for the sciences of Shari`ah.

During secondary education, Erdogan acted as pioneer in the various branches of the Turkish National Student Union[5].

Erdogan then moved to the university, where he joined the Faculty of Commerce and Economics at the University of Marmara in Istanbul. He continued his political activists where he became the head of the youth branch affiliated to the Islamic National Safety Party[6].

Erdogan Was characterized by strong and impressive character made ​​him unique among his peers, along with his constant concern to the problems of the daily life of Turks, especially since Erdogan himself was forced to work in some humble activities such as selling lemonade and cookies[7] in order to make money to help his father and to provide education expenses[8].

As well, Erdogan was known for his interest in sports since his early youth where he uses to practice football regularly during Undergraduate[9] this phase in the life of Erdogan was the beginning of the fame of Erdogan and the appearance of his abilities and leadership skills among the cadres of the Islamic movement of Turkey.
Erdogan moved from the playgrounds of football to the fields of politics, and moved from the National Union of the Turkish Students to where he headed the youth department in the branch of the Party in Istanbul as he caught the attention of the Islamic leader Najm Ad-Din Erbakan who was in charge of Safety Party at that time.
Najm Ad-Din Erbakan and Erdogan met together where the latter won the confidence of the former. Meetings regularly joined them till the time when the Turkish military to stage a coup d'etat against in 1980. This in turn made Erdogan to witness closely the first confrontation between the Islamists and the military[10].
Three years after the military coup on April 24, 1983, most restrictions on political activity were cleared, and then the political parties were allowed to be reformed again. "The Islamic Welfare Party"   was one of the parties that formed in this period.

Erdogan in "The Islamic Welfare Party";


As soon as "The Islamic Welfare Party" was publicly to light Erdogan joined it and very soon he became a leading figure in the party and the most powerful leader in Istanbul.

Just two years after, Erdogan headed a branch in the "Welfare Party" in Istanbul[11].

Uniquely, Erdogan managed the affairs of the "Welfare Party" branch in a way deemed a momentum for the party in Istanbul by the time[12].

Also, during this period, Erdogan became a member of the Central Council for the Welfare Party that matter allowed him to participate in decision-making. In the meantime, Erdogan was not isolated from for the care of leader Erbakan that he declared it that he holds Erdogan his successor; due to faith, resolve and sacrifice Erdogan characterized with. Moreover, strikingly, at this time, Erbakan was describing himself as realistic, while Erdogan is seen as inflexible and overenthusiastic[13].

Erdogan then became one of the prominent leaders of the Welfare Party, hence, the party nominated for the membership of the Turkish Parliament in 1991, but he could not win the seat[14]. Yet, this failure did not discourage him from his reformatory course which crossed off the municipal boundaries of Beyoglu to spread in other districts of Istanbul.
Over days, Erdogan became very famous and known of hard work and concern for the demands of the public besides honesty.

This condition of Erdogan worked out through heading the office of municipality of Istanbul in 1994 under the chairmanship of mayor of Istanbul[15], the great historical and ancient city in the sight of Turks along with its historical and geographical importance in Turkey.

Erdogan; Mayor of Istanbul


Erdogan, through his genius management for human resources and financial affairs, provoked the potentials of people in Istanbul.

Erdogan once again retrieved their self confidence and their ability to promote their city. To illustrate, Erdogan eliminated the garbage problem for its bas impact both psychologically and hygienically. As well, he eliminated the air pollution problem in Istanbul which for long time disturbed its people.
Erdogan adopted many measures to wisely ensure the use of municipal funds. Firmly, Erdogan confronted corruption so that he settled the debts of Istanbul, which exceeded two billion dollars on holding the office Istanbul, however; he provided a surplus of cash invested in the favor of Istanbul amounted to four billion dollars[16]

 

Erdogan and imprisonment


Clearly visible are the meritorious works of Erdogan to Istanbul that is acknowledged by all even his politician opponents[17]. This acknowledgment overreached the local level to the international one that Erdogan was honored by the United Nations for his meritorious works during his tenure for Istanbul[18]

It is astonishing that all the meritorious works of Erdogan that locally and internationally acknowledged have not satisfied the secular Turks as when Erdogan discussed one of their fundamentals in one of his speeches, they indifferently ousted him from his office.

In the course of a visit Erdogan paid to Siirt Province on 12/12/1997, he delivered a speech and chanted the following verses of poetry;
Our mosques; our barracks
Our mosques, barracks, our domes, helmets
Our minarets, bayonets, our soldiers, the worshipers
This holly army guarding our sacred religion[19]

These verses caused Erdogan to be charged of instigation to the religious hatred, so the State Security Court in Dyar Bakr city sentenced him to one year imprisonment and deprivation of all political activities over the life[20]

Erdogan and the" Virtue Party" at odds;


On June 18, 1997 AD, the Turkish army executed what was called "white coup" which ended up with outlawing the Welfare Party. This stance was not a surprise for Islamists, however; they expected that at any moment. Thus, they put a project to found a party succeeds the Welfare Party in case it is dissolved. The new party was "The Virtue" where Rajai Kutan was elected to its presidency in December 1998[21].
Therefore, after Erdogan release from imprisonment that lasted four months due to political amnesty[22], he embarked on declaring his political project for change in Turkey which necessitates modification of the traditional old procedures that the Islamists adopted in Turkey.

The period after Erdogan released from prison was a new political start for him that he reconsidered many issues differently and had many objections to the way his mentor Erbakan adopts.

Then, the Turkish Constitutional Court decided in June 2001 to dissolve the Islamic "Virtue Party", on charges that it is a continuation of the Islamic "Welfare Party"[23].

Erdogan, the leader of the youth, who are known in the Islamic movements as " Moderate Generation", inside the "Virtue Party" struggled a lot to rectify their ideas and limit their aspirations to avoid any internal clash among the Islamists.
Over time and aggravation of crises impeded Erbakan Movement, the youth of the movement began expressing dissatisfaction aiming at enabling them to present their own vision namely to change the strategy of the Movement on dealing with the Turkish state in all the political spectrum, especially the military, and that it is time to reduce the confrontational method adopted by the majors "elders" of the Movement on dealing with the military institution.

The "Welfare Party" was dissolved and the "Virtue Party" was formed adopted the approach of Erbakan after the "Moderate Generation" failed to head it. Throughout this period, these youth made no attempts of dissension.

Dissolving the "Virtue Party" made the youth more persuaded of the necessity to reconsider affairs by the Islamists in a way suits the Turkish circumstances, these youth were called in Turkey "The contemporary innovators".

The establishment of the "Justice and Development" Party;


Resolutely, Erdogan continued his attempts for reform. Erdogan was not alone that his veiled wife Amina, 1978 marriage consummation, who is adherent to the teachings of Islam joined him and his close fried `Abdullah Jaul as well.

Hence the establishment of this new generation led by the young leader Erdogan for a new party and they chose a redolent name the "Justice and Development" Party. On the other hand, the older generation established a new party called "Happiness" which adopted the approach of Erbakan in the same four parties that preceded it[24]

Actually, the dissident party of Erdogan confused the many, though its impacts overstepped the Turkish boundaries.
Any way and regardless of the conflict views over this point, truth be told, the lapsed years and the different situations made me assuredly claim that the example of the Turkish "Justice and Development" Party especially that of the leader Erdogan became a source of pride and esteem for every Muslim, not only in Turkey, however; overseas.

Turkey's state before Erdogan assuming power


Turkey witnessed the third millennium in deterioration affecting all sectors of the state, especially after the parliamentary session 1999 - 2002 was just like chaos. It was a state of continuous scandals and spread of corruption, as well as the economic situation approaches to bankruptcy which led to the collapse of Turkish stock market and the occurrence of a deep economic crisis in February 2001 as a result[25].

Aside from the problem of unemployment as one of the manifestations of the severe economic crisis, the headscarf issue was one of the hottest local issues at the Turkish political arena for the last twenty years of the last century, however; this issue had not been finally settled. Above and more, the Kurdish issue as one of the biggest problems faced by any Turkish Government, since the word "Kurds" is very embarrassing in Turkey.

As the internal conditions faced many serious challenges, there were many of the thorny issues of Foreign Affairs waiting for settlement; especially the issue of dealing and coordinating with the International Monetary Fund and the issue of joining the European Union, and Turkey's position towards the Iraqi-America crisis.


Erdogan's government;


2002 elections and changing the political map of Turkey


The Turkish Parliamentary elections were held in November 3, 2002 AD and a big surprise took place, namely "Justice and Development" Party led by Recep Tayyip Erdogan - the former mayor of Istanbul, won a landslide victory that surpassed all optimistic expectations where it won 34.2% of the votes equivalent to 363 seats out of 550 in the Turkish parliament[26]!

What was the stance of Erdogan over the liability?


"Justice and Development Party led by Erdogan took the advantage thoroughly that is he avoid all confrontations with the military and secularists, rather; he won their confidence the matter could not be secured under the  leadership of Erbakan, the basic element to such conflict[27].

At the same time, Erdogan gave the priority to the relationship with Europe and the advancement of the Turkish economy and avoidance to provoke the conflict over some thorny issues; such as the veil, as one of the hottest debates between the Islamist and the secularists sponsored by the army. Accordingly, his first address after winning the elections stated that his party will abide by the principles of secularism provided in the Turkish Constitution[28].




And who does not understand the true state of Turkish affairs would misunderstand Erdogan.
Erdogan is a ware of the fact that he lives in a country full of contradictions that is Turkey is secular and Islamist, Ottoman and European, dictator and democratic, self-rule and military-rule, streets full of Islam rites and a constitution confronting it.

Erdogan began his first term of the Turkish government is determined to achieve a comprehensive renaissance in all aspects of life in Turkey. This is to establish his government on one hand, and to regain the Turkish esteem regionally and internationally on the other.

As a matter of fact, he succeeded in the first period clearly to achieve mutation came into view in many sectors of the Turkish state.
This success was not the spur of the moment, however; the fruits of efforts in the different sectors.
The secret of the great success achieved by Erdogan at this stage lies in four aspects that captured the concern of "Welfare and Justice" party;
First: improving the economic state
Second: political truce with all the elements of Turkish society and its political forces
Third: neutralizing the external powers through satisfactory speeches reassuring the international community, especially the United States of America and Europe
Fourth: re-consideration for the Turkish-Zionist relationship.

Parliamentary elections in 2007


the "Justice and Development" Party achieved a landslide victory in parliamentary elections that took place on July 22, 2007.  it won 47% of the votes more than that of 2002 strikingly[29].
This in turn renewed the confidence of the Turkish people in the government of "Justice and Development" Party, its policies and trends, especially in light of the popularity of high participation rate of 85%.

This has enabled the "Justice and Development" Party to form a government alone, after holding 341 seats in the new Turkish parliament.
The reason for the decline in the number of seats of "justice and development" if compared to 2002 elections to the increase of the number of the representative parties in Parliament to three parties which are: "Republican People's Party" led by Deniz Baikal holding 119 seats, the " National Government" Party holding 70 seats and the "AKP" holding the majority, in addition to 24 seats for independents[30].

Immediately, Erdogan strengthened this victory through inciting Abdullah Gul – the close friend and Minister of Foreign Affairs of the first Government of Erdogan - to run for the presidency of Turkey immediately after the expiry of the Turkish President, scheduled for the end of August 2007[31], that is, after parliamentary elections one month only. This was the second strike directed to Ataturk regime in a short time!

Abdullah Gul made the oath of office in August 28, 2007 to rank the 11th president for Turkey after winning the support of 337 deputies from the Turkish parliament[32] on a historic occasion for his political background in the form of experienced Islamist in politics whether with his teacher Erbakan, or after joining Erdogan to establish the ruling "Justice and Development" Party.


[1]- The official website of the Turkish party "Freedom and Justice" http://eng.akparti.org.tr/english/index.html
[2]- Turkish province located in the Northeast on the borders of the Black Sea, and its capital city of Rize, an area of ​​3.792 km 2, with a population of 365,938 people.
[3]- Who is Recep Tayyip Erdogan? The British Broadcasting Corporation, November 4, 2002.
[4]- Erdoganism; whiff or storm? "Middle East in London" Magazine; June 11, 2010, Vol; 11 518.
[5]- The official website of Erdogan
[6]- The leaders of the world. The life story of Erdogan, American Columbia University.
[7]- Who is Recep Tayyip Erdogan?, The British Broadcasting Corporation.
[8]- The official website of Erdogan.
[9]- The official website of Erdogan.
[10]- Who is Recep Tayyip Erdogan?, The British Broadcasting Corporation. 
[11]- The official website of the Turkish party "Freedom and Justice" http://eng.akparti.org.tr/english/index.html
[12]- The official website of the Turkish party "Freedom and Justice" http://eng.akparti.org.tr/english/index.html
[13]- Muhammad Nur-Ruddin: "Erbakan and Erdogan; the realistic and the most realistic", The Middle East Newspaper, July 29, 2005 m, No. 9740
[14]- The politician Erdogan, the most popular in Turkey, moheetwebsite, November 18,2007.
[15]- Erdoganism; whiff or storm? "Middle East in London" Magazine; June 11, 2010, Vol; 11 518
[16]- The official website of the Turkish party "Freedom and Justice" http://eng.akparti.org.tr/english/index.html
[17]- Who is Recep Tayyip Erdogan?, The British Broadcasting Corporation
[18]- Turkey Today Newspaper, 10/1/2011and the official website of Habitat (http://www.unhabitat.org/) as the donor of the award.
[19]- Erdoganism; whiff or storm? "Middle East in London" Magazine; June 11, 2010, Vol; 11 518
[20]- Source: Report of "Human Rights Watch" American Organization for Human Rights 1999. The report is published on the official website of the organization.
[21]- "Turkey; secular or Islamist" by Walid Radwan, p. 277.
[22]- The official website of the Turkish party "Freedom and Justice" http://eng.akparti.org.tr/english/index.html
[23]- A meeting with Rajai Kutan, the chief of the Turkish party "the Virtue" conducted by Al-Jazeera on 26/6/2001 and the wording of the meeting is published at its website.
[24]- Kamal Habib "Religion and State in Turkey" p. 312.
[25]- Michael Nofal "Turkey's return to the East, the new trends for the Turkish policies" p. 65
[26]- The Emirate albayan newspaper, 5/11/2002.
[27]- Rashid Al-Ghanushi " The Turkish Justice; exceeding limits or development"? http://www.alasr.ws, 1/9/2007/
[28]- BBC,  4/11/2002
[29]- The Middle East Newspaper, July 23, 2007, No. 10464
[30]- News/Jazeera net 23/7/2007
[31]- The message of Ankara, the Egyptian Al-Ahram Newspaper, v, 44078
[32]- "Middle East in London" Magazine; August 29, 2007, Vol; 10501